Super Mom and Dad
Keberhasilan seorang anak tak pernah lepas dari pengorbanan dan doa kedua orang tua yang tanpa pamrih. Merekalah yang siap mendengar dan membantu segala keluh kesah ketika sang anak putus asa, marah, dan takut untuk berjalan maju. Mereka tak pernah berpaling dalam situasi apapun, baik senang maupun susah.
Orang tuaku bukanlah orang yang berpendidikan tinggi seperti para orang tua temanku sekolah ataupun kuliah. Kemampuan akademisnya hanya sebatas membaca, menulis dan berhitung yang mungkin masih dalam hal-hal yang sederhana.
Ketika kami SD beliau masih bisa membantu mengerjakan tugas rumah (PR). Namun setelah lanjut ke sekolah yang semakin tinggi, kami dituntut untuk bisa mengerjakan tugas sendiri.
Setiap malam kami menyiapkan buku-buku yang harus dibawa esok pagi, sembari melihat PR apa yang belum dikerjakan atau hanya sekedar mengulang pelajaran di sekolah tadi.
Selalu kuingat ketika mengerjakan PR ibuku selalu menemani kami anak-anaknya di ruang belajar. Walaupun beliau tidak bisa membantu mengerjakan, tetapi kami selalu didampingi mengerjakannya sambil ditanya apakah sulit dan seperti apa kesulitannya. Nanti bila salah satu dari kami tidak bisa mengerjakan, yang lainnya diminta membantu yang tidak bisa. Hihi terutama aku yang lebih banyak mengerti tentang matematika, pasti sering diminta bantuin kakak atau adekku tentang itu.
Yess matematika salah satu pelajaran favoritku sejak masuk sekolah dasar hingga lulus SMA. Setelah kuliah gak ada pelajaran matematika hehe karena beda jurusan. Sempet juga sebenernya daftar kuliah di jurusan matematika tapi ternyata gak lulus 😭😭😭. Memang bukan jalanku di sana. Tapi tak perlu kuatir sampe sekarang aku masih cinta kok sama pelajaran itu. Pelajaran yang selalu punya jawaban benar yang pasti, tak perlu berargumen yang tidak penting. Beda langkah tak masalah asal benar dan hasilnya sama. Mungkin otakku sudah ter-setting kayak gitu, bahasa lainnya saklek alias kaku, bahwa yang benar harus benar mulai dari langkahnya hingga hasilnya.
Kembali ke cerita semula, bila waktunya belajar kedua orang tuaku tidak pernah mengganggu ataupun menyuruh kami membantu mereka. Karena menurut mereka belajar itu butuh fokus dan konsentrasi yang tinggi. Mereka memang bukan orang yang berpendidikan, tetapi mereka berharap anak-anaknya berpendidikan tinggi semua. Mereka berjuang dan bekerja keras demi pendidikan kami. Mereka memberikan kami makanan yang baik dan halal untuk kami, agar kami menjadi anak yang baik pula. Pantang meminta-minta bagi mereka bila untuk pendidikan.
Ketika hari minggu atau liburan, kami selalu diajak dan diajarkan untuk membantu mereka bekerja. Ada masanya belajar, ada pula masanya bekerja membantu orang tua. Kami diajarkan untuk bisa merasakan perjuangan hidup. Tak ada hasil tanpa jerih payah terlebih dahulu. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Jangan pernah mengambil hak milik orang lain. Dan satu lagi yang paling kuingat pesan mereka yaitu jangan pernah merasa malu dengan keadaan kita apa adanya selagi kita benar dan tidak mencuri punya orang lain. Intinya gengsi itu akan menyengsarakan kita. Hiduplah sesuai kemampuan, jangan mengharap dipuji orang lain.
Ketika semua orang sibuk membeli ini itu dan jalan-jalan kesana kemari, orang tuaku memilih tidak melakukannya. Mereka rela menunda kesenangan dan kemewahan hidup pada saat itu. Tapi itu bukan masalah bagi mereka, asalkan putra putrinya bisa mengenyam sekolah. Bila ada yang membicarakan tentang keluarga kami, hal itu dianggap sebagai pemacu semangat. Yang penting pendidikan kami tak terabaikan. Prinsip mereka yaitu selagi apa yang mereka lakukan benar dan tidak mengganggu orang lain, maka akan tetap mereka lakukan walaupun hal tersebut dianggap berbeda dengan orang lain. Inilah sebenernya yang baru kupahami sekarang, ternyata kunci sukses itu harus berani berbeda dan berjuang agar tetap berdiri apapun yang terjadi.
Ohya kami juga sering ngobrol dan berdiskusi tentang sesuatu apapun itu. Terutama ketika menjelang tidur, mereka sering cerita tentang apa yang pernah mereka rasakan pada jaman dulu. Kadang mereka juga cerita bahwa jaman dulu itu mau makan aja susahnya minta ampun, apalagi untuk biaya sekolah. Kemudian kami juga menceritakan apa yang kami alami tadi di sekolah, dengan teman-teman, guru-guru dan banyak hal lainnya.
Sampai saat ini pun walaupun kami sudah berjauhan dan berbeda pulau tempat tinggal kami masih sering cerita hal-hal remeh tersebut. Mereka sering menanyakan tentang pelajaran di kampus dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kata-kata semangat dari mereka selalu ada untuk kami. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin agar kami bisa sekolah setinggi-tingginya. Asalkan kami masih mampu dan sanggup fokus, mereka akan mengijinkan dan berjuang membantu mencapai cita-cita itu.
Semoga kami bisa menjadi anak yang selalu membanggakan dan mambahagiakan mereka selalu...
Komentar
Posting Komentar