Teh Manis Part 1
Cerita ini terjadi ketika aku harus opname di rumah sakit sebanyak dua kali dalam kurun waktu tiga bulan di penghujung tahun 2012. Opname yang pertama di salah satu rumah sakit di Yogyakarta selama 10 hari. Ketika itu diagnosanya gak terlalu jelas, yang pasti ketika bertanya ke salah satu perawat katanya aku terkena infeksi saluran pencernaan.
Dengan diagnosa tersebut, alhasil selama dirawat di sana selalu diberi makan nasi bubur tawar. Walaupun tetap ada sayur dan lauknya, tetep aja gak senikmat nasi biasa. Apalagi selera makan ketika sakit pastilah berkurang bahkan hilang sama sekali. Tapi mau gimana lagi adanya cuma itu. Sering aku gak memakannya karena ketika mau makan, perut langsung menolak dan mual sampe mau muntah. Kalo gak ada orang yang nunggu/jagain ya udah bisa dipastiin, gak bakal makan apa-apa. Cuma ngandalin cairan infus doang.
Ya karena alasan itu, akhirnya setelah dirawat beberapa hari di RS bukannya membaik, malah justru semakin parah sakitnya. Bahkan sampe beberapa hari gak bisa makan sama sekali. Hanya teh manis yang masih bisa kurasakan betapa nikmatnya minuman ini. Bahkan sampai kusuruh adikku membeli di luar jika tehnya sudah habis.
Sampai suatu ketika ada salah satu perawat yang bertanya makanan apa yang paling kusukai. Mungkin beliau kasian melihatku gak pernah makan :D. Spontan saja kujawab bahwa aku suka makanan atau minuman yang manis-manis. Ntah dapet ide dari mana bisa jawab asal kayak gitu. Sepertinya naluri perut yang udah lama gak diisi makanan, jadi pengennya yang manis-manis. Tapi kemudian perawat itu melihat kondisiku yang gak mungkin bisa makan makanan padat sembarangan, akhirnya beliau menawarkan susu. Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakan. Satelah itupun sebagai pengganti makan, aku selalu diberi susu tiga kali sehari dengan selingan snack ringan diantara ketiganya.
Lama-lama bosan juga ternyata minum susu terus. Hingga akhirnya aku gak mau lagi minum susu haha selalu buat perkara cuma gara-gara makanan. Tapi kayaknya perutku udah mulai normal, buktinya bisa ngerasain lapar lagi. Ehm ujung-ujungnya kangen juga sama yang namanya nasi. Kupaksa kedua orang tua untuk memberi nasi biasa bukan bubur nasi yang lembek. Mau gak mau mereka pun memberi walaupun mereka juga khawatir. Luar biasa bener-bener bisa ngerasain nikmatnya nasi walaupun ketika itu hanya pake sayur daun singkong. Semua lauk dan sayur yang lezat-lezat dari rumah sakit kalah nikmat dengan sayur daun singkong yang dibawain Pak Lek dari Purworejo. Haha semua terheran-heran melihatnya, tak terkecuali diriku sendiri. Kenapa baru sekarang aku mau makan bukan dari kemarin-kemarin. Begitu nikmatnya. Semua yang ada di situ termasuk temen-temenku juga ikut barengan makan.
Semua keluargaku seneng banget liat aku udah mau makan lagi, walaupun masih sedikit makannya. Sampai beberapa hari kemudian akhirnya dibolehin pulang, walaupun masih belum sembuh total. Karena sebenernya aku masih ada halusinasi akibat efek demam yang sangat tinggi. Aku seolah-olah mendengar suara orang dimanapun aku berada. Tapi karena orang tua meminta ijin kepada dokter untuk dibawa pulang dan berjanji akan dirawat dirumah, akhirnya dokter mengijinkan pulang. Pada hari kesepuluh malam aku keluar rumah sakit dan esok paginya langsung balik ke Jambi.
Dalam perjalanan pulang menurutku sungguh luar biasa. Ini merupakan pengalaman pertamaku ketika harus didorong dengan kursi roda di sepanjang perjalanan. Kalau biasanya aku yang mendorong pasien pake kursi roda saat jadi mahasiswa praktek di rumah sakit, tapi sekarang akulah yang duduk di kursi itu. Bener kata orang, hidup kita itu seperti roda kadang di atas kadang di bawah. Kembali ke cerita tadi, ketika sampai di bandara, dari mulai turun taksi menuju ruang tunggu, masuk ke dalam pesawat, turun pesawat, transit di Jakarta hingga turun dari pesawat yang terakhir di Jambi tak lepas dari kursi roda. Awalnya aku menolak disuruh duduk di kursi roda karena merasa kuat dan mampu, tapi keluarga memaksa. Untung aku masih mau nurut. Haha kalo gak, pasti mereka kerepotan menuntunku yang memang masih belum sehat. Tapi kasian juga sebenernya dengan orang yang dorong kursi rodaku, pasti capek banget, jalannya kan lumayan jauh itu pas transit. Ya Allah semoga diberi kemurahan rizki kepada mereka yang rela mengantarkanku ketika itu.
Ketika transit di Jakarta sebenernya aku pusing banget, semuanya serba bising dan berisik. Walaupun menunggu di ruang ber-AC tapi suhu tubuhku tetap panas dan bener-bener kerasa semakin naik suhunya. Yang berbahaya ketika itu adalah halusinasinya, karena ketika suhu tubuh naik akan semakin parah efeknya. Aku sempet udah ngerasain hal-hal yang aneh, untung masih bisa dikendaliin. Emosiku masih bisa terjaga. Hingga akhirnya jam keberangkatan ke Jambi pun tiba. Lega rasanya. Kembali didorong dengan kursi roda memasuki pesawat, begitu pula ketika turun dari pesawat.
Sampailah aku di Jambi dan kembali menginjakkan kaki di tanah kelahiran tercinta ini. Kepulangan yang tak terduga dan tak terencana. Semua diluar prediksi. Dalam waktu singkat berubah segala planning yang sudah tersusun rapi. Tempat kerja yang telah menerimaku terpaksa di cancel karena gak bisa ku penuhi saat itu. Semua peristiwa mengalir deras dan tak bisa ku bendung lagi alirannya, hingga mau tak mau tetap harus mengikuti aliran tersebut. Ku ikhlaskan semuanya dan berusaha berpikir positif mengambil hikmah dari semua kejadian ini.
Itulah bukti kekuasaan Allah, ketika Dia sudah berkehendak maka kita tak bisa menolak apapun. Begitu mudahnya bagi Dia mengambil semua milik kita. Ketika nikmat sehat, nikmat rasa dan nikmat akal sehatku diambil, bener-bener gak bisa berbuat apa-apa. Semua keluarga, saudara, teman, dan harta harus dikorbankan demi memohon dikembalikannya segala nikmat itu. Ketika rasa putus asa menyelimutiku, Dia berikan harapan. Dia berikan orang-orang terkasih-Nya mendekatiku. Dia biarkan mereka merawat dan mendukungku. Hingga akhirnya aku menyadari betapa berartinya mereka untukku. Dia buka kebenaran yang selama ini menjadi prasangka burukku. Terimakasih ya Allah telah mengingatkan kembali, bahwasanya hidup itu hanya sementara dan segala yang ada di bumi merupakan amanah yang harus senantiasa dijaga.
Komentar
Posting Komentar