Pengalaman Pertama Berkunjung ke Jawa
November 13, 2006
Seneng banget rasanya ketika punya sebuah pengalaman baru. Waktu itu memang pertama kalinya aku pergi ke luar propinsi Jambi. Sudah SMA menjelang kenaikan ke kelas 2, belum pernah ke Jawa tempat dimana nenek moyangku berasal, penasaran banget pastinya. Sebenernya dulu pernah ketika masih umur batita (bawah tiga tahun) ke Jawa, tapi kan belum tahu dan gak ingat kejadiannya, jadi kusebut ini sebagai pengalaman pertamaku ke Jawa hehe.
Tak bisa tergambar kegembiraanku ketika diajak lebaran di Jawa Tengah di rumah nenek. Semua bayangan keindahan slalu muncul di hadapanku. Banyak angan-angan dan harapan yang ku tulis, yang paling utama adalah ketemu nenek yang gak pernah ku ingat bagaimana rupanya karena waktu ketemu beliau aku masih kecil banget. Setelah itu ketemu saudara-saudara dari ayah dan ibuku yang memang belum pernah ketemu seumur hidupku. Nah keinginan selanjutnya adalah berkunjung ke Yogyakarta yang merupakan kota pelajar sekaligus kota gudeg.
Aku ke Jawa bertiga dengan ayah dan kakak ketika bulan puasa beberapa hari menjelang hari raya idul fitri. Kami berangkat naik bis ekonomi. Dan ternyata Allah memberikan cerita dalam perjalanan ini. Bis yang kami tumpangi seringkali rusak dan kebetulan jalur mudikpun sudah mulai padat. Biasa masalah klasik tahunan di negara kita, ketika mudik slalu macet. Alhasil yang biasanya ditempuh dalan waktu 2 malam, kali ini harus ditempuh selama 3 malam. Bis yang tanpa AC, macet dan ditambah panas matahari menyengat luar biasa menjadikan cerita ini semakin sulit terlupakan.
Pagi menjelang subuh kami sudah tiba di rumah nenek. Karena itu bulan Ramadhan, sehingga beliau sudah bangun sembari menunggu waktu subuh setelah makan sahur. Beliau membuka pintu dan langsung menangis terharu ketika melihat kedatangan kami. Benar-benar surprise buatnya karena tanpa kabar apapun kalau kami akan datang. Langsung kami cium tangan beliau, ternyata nenekku benar-benar sudah tua. Kulit keriput sudah mulai menghiasi wajah dan tangannya. Beliau tinggal seorang diri di rumahnya, karena memang belum berkenan ketika diminta tinggal bersama anak-anaknya. Beliau slalu menjawab selagi masih sehat akan lebih senang tinggal dirumahnya sendiri walau sekecil apapun rumahnya. Mungkin banyak kenangan yang tersimpan dari rumah itu.
Walaupun baru pertama kali kesini, aku nggak merasa asing dengan nenek maupun rumah beliau. Semuanya seperti sama dengan suasana di dalam rumahku. Kayak langsung kerasan alias betah tinggal di sini. Ya mungkin karena ada hubungan darah jadi secara otomatis terasa dekat. Bisa juga karena nenek yang memang slalu banyak tanya ini itu penting ga penting haha. Bahasa lainnya bisa dibilang nenek sangat ramah dan welcome banget. Ya iyalah kedatengan cucu yang paling jauh dan belum pernah diliat sampe segede gini, masa mau dicuekin.
Setelah hari mulai terang banyak saudara mulai berdatangan karena kabarpun sudah menyebar hehe lebay dikitlah ceritanya. Bener-bener diluar dugaanku, karena mereka semua ramah banget menyambut kedatangan kami. Tanpa rasa canggung, ketulusan dan kebahagiaan terpancar dari raut mereka. Suka banget. Karena baru tahu kalu ternyata tiga saudara ibuku mirip-mirip semua. Jadi bisa langsung tau mana yang saudaraku haha, biasanya paling sulit dalam mengingat wajah orang baru.
Di sini kebanyakan mata pencaharian penduduknya sebagai petani di sawah dan pembibitan. Kalo biasanya di Jambi yang kutemui cuma perkebunan karet dan sawit, lain lagi di sini persawahan membentang luas padang hijau bak permadani aih lagi-lagi sok puitis. Ini baru pertama kalinya bisa melihat langsung sawah dengan background pegunungan saat pagi hari, kalo dulu cuma lihat di gambar dan TV. Jadi inget setiap ada tugas menggambar pemandangan selalu kugambar dua gunung, di atasnya ada matahari dan awan, di bwahnya sawah dan jalan raya haha itu gambar semua anak SD pada masa itu. Tapi sekarang bisa kunikmati secara live pemandangan ini.
Setelah beberapa hari kemudian aku main ke Jogja. Disini ada Bude, beliau merupakan anak sulung dalam keluarga Ayahku. Seneng banget bisa ketemu mereka, ternyata di Jawa banyak saudara yang belum pernah kutemui. Mereka ngajakin kami ke candi Prambanan. Aku beli batik sebagai kenang-kenangannya, haha ya iyalah biar beneran jadi bukti kalo aku udah ke Jogja, padahal kalo mau bisa beli batik dimana aja nggak harus disana kan. Ya namanya juga dulu baru pertama kali ke sana. Karena memang nggak pernah nyangka sama sekali kalo aku bakal balik kesini lagi. Dan Alhamdulillaah semua keinginanku terwujud, cuma yang agak kukecewain waktu itu adalah nggak bisa makan gudeg haha secara katanya kalo ke Yogya belum makan gudeg berarti belum ke sana.
Terimakasih ya Allah, ternyata aku masih diberi kesempatan untuk menikmati keindahan tempat-tempat yang dulu hanya ada dalam anganku. Bisa bertemu dengan saudara-saudara baru, keluarga baru, teman baru, budaya baru, dan kehidupan yang baru pula. Ini merupakan titik awal aku mengenal sedikit tentang daerah Jawa, yang akhirnya pengalaman itu mengantarkanku kembali ke Jawa setelah tamat SMA dan melanjutkan kuliah di sini hingga sekarang.
Komentar
Posting Komentar