Bumbu Obrolan
Dalam keseharian kita sering ngobrol ataupun hanya sekedar ber-say hello dengan orang-orang di sekitar kita. Tentunya obrolan tersebut ada yang penting dan tidak. Jika diperhatikan dari panjangnya obrolan itu mungkin hanya sebagian yang menjadi tujuan utama atau pesan yang sebenarnya. Sedang yang lainnya hanya pemanis agar tidak terlalu kaku dan monoton. Nah pertanyaannya adalah pentingkah basa-basi dalam berbicara? Ya mungkin jawabannya relatif bagi setiap orang karena ada sebagian yang menganggap itu penting dan ada pula yang tak peduli dengan hal itu, tergantung setiap masing-masing orang dan situasinya.
Mungkin dulu aku termasuk orang yang sering berpikir terlalu logis dan kaku. Ya walaupun ga slalu diutarakan. Akibatnya sering mengalami banyak kesulitan dalam berbaur dengan banyak orang. Karena waktu itu kan masih sekolah jadi cuma sama temen-temen aja setelah itu ya di rumah istirahat sambil ngerjain tugas-tugas rumah atau sekolah kalo ada. Jadi emang minim banget untuk pengalaman sosial dengan kebanyakan orang hehe.
Namun setelah tamat SMA, baru kusadari ternyata selama ini belum kupelajari ilmu sosial yang sesungguhnya. Setelah jauh dari orang tua, keadaan mengharuskan untuk bisa menjalin hubungan dengan orang-orang baru dengan berbagai macam asal, adat, budaya dan karakter yang beragam pula. Aku melanjutkan kuliah di tanah jawa. Tahu sendiri kan kebanyakan orang jawa itu dalam berbahasa selalu pake prolog dulu baru ke intinya. Haha walaupun sebenarnya aku juga orang Jawa tapi lahir dan besar di Sumatera, jadi ga terlalu paham dengan hal-hal yang kayak gitu. Akhirnya mau ga mau ya kudu belajar juga.
Beruntung aku masih memiliki seorang nenek yang merupakan ibu dari ibuku. Banyak hal yang beliau ajarkan pada diriku. Salah satunya adalah dalam hal berbasa-basi yang mungkin menjadi hal yang merepotkan bagi orang-orang tertentu termasuk aku pada waktu itu haha ngaku juga nih ahkhirnya. Mulanya aku selalu berpikir kalau ada jalan yang cepat kenapa harus berbelok-belok? Ternyata sekarang baru kupahami bahwa yang cepat belum tentu tepat. Kadang tujuannya sama tetapi yang dirasakan berbeda. Dalam melakukan hal apapun sebisa mungkin kita harus menggunakan rasa agar bisa menikmati keindahan di dalamnya. Demikian pula ketika kita mengobrol akan jauh lebih indah dan hangat ketika ada lagunya (seninya) kata Simbahku alias sedikit basa-basi agar terasa lebih luwes tidak canggung.
Dalam berbasa-basi harus tetap memperhatikan etika yang berlaku agar tidak terkesan sembrono alias tidak sopan. Kita harus tetap santun, menghormati lawan bicara dan tidak berkata yang menyakiti, serta tidak berlebihan yang akhirnya hanya akan membuang-buang waktu. Terlihat remeh memang, tetapi butuh pembiasaan diri untuk bisa berbicara dengan luwes. Karena pada kenyataannya banyak terjadi perselisihan di masyarakat yang bermuasal dari perkataan-perkataan yang terlalu lugas dan tidak santun, yang akibatnya bahkan dapat berdampak ke arah kekerasan fisik ketika orang tersebut tidak dapat menahan gejolak hati saat mendengar perkataan itu.
Ambil contoh saja diri kita sendiri ketika mendengar kritikan secara langsung dari orang lain tentang kekurangan kita. Nah respon kita seringkali tidak menerimanya dengan lapang dada walaupun yang dikatakan benar adanya bahkan cenderung menolak kritikan tersebut dengan segudang alasan. Namun akan berbeda hasilnya jika kritikan tersebut didahului dengan mengatakan kata "maaf" terlebih dahulu dan menyebutkan kelebihan apa yang telah kita miliki serta memberikan saran dengan mengatakan "akan lebih baik lagi atau sempurna jika kamu begini dan begitu atau tidak begini dan begitu". Tergantung konteks yang sedang dibicarakan. Dengan cara yang kedua pasti akan lebih mudah diterima dan tidak menyisakan luka yang dapat berkembang menjadi kebencian dan dendam. Dengan demikian Insyaallah dapat mencegah terjadinya permusuhan antar sesama rekan, saudara maupun keluarga.
Bisa nulis seperti ini bukan berarti aku sudah bisa berbicara dengan baik, kukatakan tidak. Karena aku juga sering keceplosan dalam berbicara dan mungkin ini juga melukai orang yang mendengarnya, sehingga sekarang pun sedang belajar tentang cara berkomunikasi yang baik. Dalam praktek nyata akan lebih sulit dibandingkan teori karena kita berhadapan langsung dengan orang yang berbeda karakter, cara berpikir dan adat istiadat yang berbeda pula. Setiap tempat/daerah yang satu dengan yang lain memiliki tatacara tersendiri. Oleh karena itu sudah selayaknya kita membiasakan diri untuk berbicara santun agar mudah diterima dimanapun kita berada.
September 25, 2015
Komentar
Posting Komentar