Cerita Seorang Guru
Manusia dilahirkan dengan bakat masing-masing. Ada yang bakat dalam bidang seni, sains, sosial, psikologi, olahraga, dan lain sebagainya. Bakat ada yang bersifat alami dan ada yang karena stimulasi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Salah satunya adalah Guru.
Guru sering dijabarkan dengan istilah di Guguh dan di Tiru yang artinya untuk dicontoh dan ditiru. Ketika berbicara tentang tanggung jawab seorang guru, memang terasa berat. Namun ketika berhadapan langsung dengan anak-anak yang haus akan ilmu menjadikan kebahagiaan tersendiri. Ada harapan dan doa yang terselip dari setiap pertemuan dengan mereka.
Setiap tahun ajaran baru, akan muncul benih-benih kecambah baru yang siap bertumbuh menjadi sebuah tanaman. Kecambah dengan beraneka ragam sumber dan kualitas. Ada yang siap tumbuh hanya dengan sedikit siraman air dan pupuk, tapi ada pula yang memerlukan perawatan ekstra agar ia tetap dapat tumbuh walau dengan sangat perlahan. Ada yang sedikit tersentuh saja langsung gugur tak jadi tumbuh. Ah cukup beragam memang.
Awal menjadi Guru, ia akan merasa kesal ketika ada anak yang sulit memahami apa yang ia jelaskan. Namun ketika ia bercerita dengan seseorang, malah ia mendapat sebuah teguran. Dikatakan kepadanya bahwa tugas seorang guru itu bukan memaksa anak harus paham apa yang disampaikan oleh guru. Harus diingat bahwa tugas seorang guru adalah mendidik / mengajarkan suatu ilmu, bukan memaksa anak harus paham. Urusan anak bisa menerima ilmu tersebut adalah nomor dua.
Seiring berjalannya waktu sang guru mulai memahami dan menerima apapun keadaannya dari anak didiknya. Tak harus memaksa, namun sampaikan ilmu secara ikhlas dan tulus. Sampaikan dengan cara yang baik. Menggunakan bahasa yang santun. Jangan melukai harga diri dari anak tersebut. Karena orang yang terluka akan membenci dan dapat memunculkan suatu penyakit di masa depannya.
Guru bukanlah orang yang pintar, namun ia memang lebih pintar dari anak didiknya dikarenakan ia terlahir lebih dahulu sehingga memiliki kesempatan untuk belajar lebih dulu pula.
Komentar
Posting Komentar